2.
Prosesi Peribadatan Umat Konghucu
Ada dua
tempat peribadatan yang biasnya digunakan oleh umat konghucu yang pertama
adalah dirumah, sedangkan yang kedua adalah diklenteng, tidak ada
perbedaan yang mendasar antara proses pelaksanaan peribadatan dirumah dan
diklenteng, keduanya sama yakni beribadah pada arwah leluhur yang suci,
beribadah pada Tuhan dan beribadah pada Nabi konghucu.
Secara umum
tempat ibadah Konghucu adalah Litang, Miao (Bio), Kongzi Miao, Khongcu Bio dan
Kelenteng. Litang, selain merupakan tempat sembahyang, juga merupakan tempat
kebaktian berkala (biasanya setiap hari Minggu atau tanggal 1 dan 15
penanggalan Imlek). Di sini umat mendapat siraman rohani (khotbah) dari para
rohaniwan. Miao dan Kelenteng biasanya hanya merupakan tempat sembahyang. Kalau
pun ada kebaktian, biasanya ditempatkan di ruangan yang terpisah agar tak
terganggu aktivitas sembahyang. Di samping menjadi tempat ibadah agama
Konghucu, Kelenteng biasanya juga menjadi tempat ibadah agama Tao dan agama
Buddha Mahayana.
Rohaniwan
agama Konghucu terdiri atas : Xueshi, Wenshi, Jiaosheng, Zhanglao dan
Ketua-Ketua / Pimpinan-Pimpinan Majelis dan atau Tempat Ibadah. Sebelum menjadi
Xueshi (biasa disingkat Xs), harus melalui jenjang Wenshi (Ws). Sebelum menjadi
Wenshi, harus melalui jenjang Jiaosheng (Js). Tokoh yang sudah mencapai
tingkatan sesepuh atau sangat senior di sebut Zhanglao (Zl).
Setiap
rohaniwan, sesepuh dan para pimpinan tempat ibadah yang memegang mandat dan
Surat Pengangkatan dari Dewan Pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia
(MATAKIN) dan atau menerima Surat Liyuan Rohaniwan (persidian, peneguhan iman)
dari Dewan Rohaniwan MATAKIN, memiliki kewenangan :
a.
Menyelenggarakan kebaktian bagi umat Konghucu di daerahnya.
b.
Melakukan Liyuan umat.
c.
Memimpin berbagai upacara suci bagi umat Konghucu, sesuai Hukum Agama Konghucu,
termasuk Hukum Perkawinan Agama Konghucu, yang diatur dalam Tata Agama
Konghucu.
Perlu
diketahui juga ada perbedaan antara prosesi peribadatan di klenteng Boen Bio
dengan klenteng lain, kalau di klenteng lain ketika kita akan masuk klenteng
maka terlebih dahulu kita sembahyang untuk Tuhan di altar luar baru kemudian
kita masuk dan beribadah untuk para nabi dan arwah leluhur yang suci di altar
dalam, sedangkan di kelnteng Boen Bio, kita langsung melaksanakan prosesi
peribadatan di altar dalam tanpa ada altar luar, adapun prosesi peribadatan
umat konghucu adalah sebagai berikut:
a.
Terlebih dahulu menyalakan lilin di tempat berdo’a atau altar,
b.
Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3 atau 9 batang yang melambangkan
Tuhan, Manusia dan Bumi, kemudian dinaikkan dahi sebanyak 3 kali, dengan
berkata sebagai berikut, pada angkatan Hio yang pertama maka yang
diuacapkan adalah kehadiran Tuhan yang maha esa ditempat yang maha
tinggi,dimuliakanlah. Pada waktu angkat Hio yang kedua yang harus diucapkan
adalah kehadapan nabi Konghucu, pembimbing dan penyadar hidup kami, di
muliakanlah. Sedanngkan pada angkatan ketiga yang diucapkan adalah
kehadapan para suci dan leluhur yang kami hormati, dimuliakanlah.
c.
Setelah pengangkatan Hio maka langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio di Youlu
atau tempat peletakan Hio yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk hati,
Hio pertama diletakkan di tengah, yang kedua diletakkan di sebelah kanan, dan
yang terakhir diletakkan disebelah kiri.
d.
Berdo’a dengan sikap Pat Tik, ada dua sikap pat tik, Pertama
sikap pat tik delapan kebajikan mendekap Thai Kik yaitu dengan cara tangan
kanan dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri, sikap tangan ini gunakan juga
pada waktu bersembahyang, kedua sikap delapan kebajikan mendekap hati
dengan cara tangan kanan tetap membuka, tangan kiri merangkap punggung tangan
kanan dan kedua ibu jari dipertemukan kemudian didekappan di dada, sikap ini
hanya digunakan pada waktu berdo’a.
Tangan
bersikap pat tik dan didekappan di dada mempunyai makna “Aku selalu ingat bahwa
dengan perantara ayah bunda Tian telah berkenan menjadikan daku manusia, maka
manusia wajib melakukan delapan kebajikan”.
Delapan
jalan kebajikan tersebut adalah:
-
Berbakti atau Hau, berbakti disini mempunyai makna yang sangat
universal, mulai dari berbakti kepada tuhan yang maha esa, berbakti kepada oran
tua dan sampai berbakti pada Negara nusa dan Bangsa, pada asal artinya berbakti
di khususkan pada orangtua saja, di contohkan oleh Liem ketika kami
melaksanakan wawancara “ketika seorang melaksanakan proses pembelajaran (Kuliyah-semisal-)
dan sampai di Drop Out oleh akademik maka dia telah tidak berbakti pada orang
tua karena sesungguhnya orang tua selalu menginginkan anaknya untuk lulus
kuliyah”
-
Rendah Hati atau Tee, yakni tidak sombong dan tidak Gumede roso,
selalu berbuat rendah hati dengan sesame mahluq.
-
Setia atau Tiong .
-
Dapat dipercaya atau Sien yakni dengan selalu menepati janji dan
melaksanakan apa yang telah dikatakan.
-
Susila atau Lee yaitu berisi tentang aturan yang ada di masyarakat umum.
-
Kebenaran atau Gi.
-
Suci hati atau Liam, dengan selalu positive thingking dan bersih hati.
-
Tahu malu atau Thi, menjadi manusia harus punya rasa tahu malu, karena
dengan rasa inilah kita secara tidak langsung juga akan dihormati oleh orang
lain, salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan Hewan adalah hewan
tidak pernah punya rasa malu sedangkan manusia mempunyai rasa malu, ketika
manusia tidak punya rasa malu berarti dia tidak ada bedanya dengan hewan.
Selain
delapan jalan kebajikan dalam pat tik diatas, ada beberapa makna yang
terkandung dalam pat tik,
-
Ibu jari kiri yang melambangkan ayah
-
Ibu jari kanan yang melambangkan ibu
-
Kedua ibu jari jika dipertemukan dalam posisi pat tik maka akan membentuk huruf
jien yang artinya manusia.
-
Delapan jari yang lain melambangkan delapan kebajikan seperti yang telah
dipaparkan diatas,
-
Kesatuan genggaman melambangkan Tian, Tuhan yang maha esa.
-
Dekapan dalam dada melambangkan bahwa kita selalu ingat pada-Nya.
Lain dari
pada itu ada juga aturan yang harus dilaksanakan dalam penggunaan Pat Tik dalam
hal jumlah:
-
Kepada sesama orang hidup maka hanya satu kali angkatan saja atau pai
-
Kepada jenazah atau orang meninggal dengan dua kali angkatan atau Tinglee.
-
Kepada Altar Tuhan, Nabi atau para arwah Suci sebanyak tiga kali angkatan atau Tinglee.
3.
Makna dari symbol dan Benda yang digunakan dalam prosesi peribadatan.
Setiap
pelaksanaan peribadatan diperlukan symbol symbol sebagai kelengkapan
peribadatan, tidak hanya sekedar symbol saja akan tetapi dibalik symbol
tersebut juga mempunyai makna dan arti tertentu sehingga menimbulkan kesakralan
tersendiri bagi umat beragama, dalam prosesi peribadatan agama Konghucu juga
menggunaka beberapa benda dan symbol yang didalamnya mengandung makna dan arti.
a.
Hio atau Dupa, Hio artinya harum, yaitu bahan pembakar yang dapat
mengeluarkan asap yang berbau sedap atau harum, dupa yang dikenal pada zaman
nabi Kongzu berwujud bubuk atau belahan kayu, membakar dupa dalam peribadatan
umat konghucu mengandung makna “jalam suci itu berasal dari kesatuan hatiku dan
hatiku dibawa melalui keharuman dupa”, selain itu juga beguna untuk:
-
Menenangkan pikiran, memudahkan konsentrasi dan meditasi
-
Mengusir hawa atau hal hal yang bersifat jahat
-
Mengukur waktu, terlebih pada zaman dahulu sebelum ada jam atau lonceng.
Selain itu
ada juga beberapa macam dupa sesuai dengan warna atau bentuk serta penggunannya
dupa itu sendiri:
-
Dupa yang bergagang Hijau, berguna ketika bersembahyang didepan jenazah
keluarga sendiri.
- Dupa yang bergagang merah, digunakan untuk bersembahyang pada umumnya.
- Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida atau serbuk, berguna untuk
menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir arwah jahat.
-
Dupa yang berbentuk spiral seperti obat nyamuk, hanya untuk bau-bauan saja.
- Tiang Siu Hio, dupa tanpa gagang, panjang lurus dibakar kedua ujungnya,
digunakan khusus untuk bersembahyang kepada Tuhan.
Ada juga
pembagian dupa menurut jumlah penggunaan dupa:
-
Dupa warna Hijau, 2 batang digunakan untuk menghormati jenazah keluarga sendiri
atau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa berkabung, boleh
saja digunakan hanya satu batang.
-
Dupa warna merah:
a.
1 batang, dapat digunakan untuk segala macam sembahyang, bermakna memusatkan
fikiran untuk sungguh sungguh bersujud.
b.
2 atau 4 batang untuk menghormati kepada arwah orang tua yang meninggalnya
telah melampaui 2 x 360 hari, atau kehadapan altar jenazah bukan keluarga
sendiri dan mengandung makna ada hubungan duniawi atau urusan keduniaan.
c.
5 batang, untuk menghormati arwah umum, mengandung makna melaksanakan lima
kebajikan.
d.
8 batang, mengandung makna delapan kebajikan, dan digunakan sama dengan 2 atau
4 batang.
e.
9 batang, untuk bersembahyang kepada Tuhan YME, para nabi dan para
suci.
f.
1 pak, boleh sebagai pengganti 9 atau 1 batang.
b.
Lilin atau Lampu, mempunyai makna menerangi dan berdiri tegak, sedangkan asap
dari pada lilin itu sendiri dilambangkan sebagai bentuk naiknya do’a keperaduan
Tuhan YME.
c.
Youlou, tempat untuk meletakkan Hio setelah dibakar yang terbuat dari besi
kuningan dan berbentuk seperti hati.
4.
Jadwal pelaksanaan peribadatan
Ada beberapa
waktu peribadatan yang harus dilaksanakan oleh umat kanghucu selain ibadah
setiap hari:
a.
Peribadatan setiap hari, pagi dan sore, peribadatan ini bias dilaksanakan
dirumah ataupun ditempat peribadatan agama konghucu atau klenteng.
b.
Peribadatan setiap tanggal 1 imlek dan 15 imlek yang dilaksanakan di klenteng,
peribadatan pada tanggal 1 imlek di pergunakan untuk intropeksi diri manusia,
sedangkan pada tanggal 15 imlek digunakan untuk memohon permintaan kepada tuhan
dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan selama hidup.
c.
Peribadatan setiap minggu atau kebaktian mingguan, yakni do’a secara berjama’ah
dan membaca ayat dari kitab sushi sebagai renungan dan kemudian di akhiri
dengan khotbah keimanan, dilaksanakan setiap hari minggu jam 09.00- 11.00 wib,
di klenteng Boen Bio jl. Kapasan 131 Surabaya.
Lebih
lengkapnya lagi dalam buku tata Agama dan tata laksana upacara agama konghucu
disebutkan ada beberapa macam peribadatan:
a.
Ibadah kepada Tuhan yang maha esa/ Thian
-
Sembahyang pengucapan syukur tiap pagi dan sore, saat menerima rezeki makan.
-
Sembahyang tiap tanggal 1 dan 15 imlek
-
Sembahyang besar pada hari hari kemuliaan, yakni: malam penutupan tahun, king
thi kong tanggal 8 menjelang 9 cia gwee, saat cap go meh, tang cik saat tanggal
22 desember.
b.
Kebaktian bagi nabi
-
Peringatan hari lahir nabi konghucu pada tanggal 27-VIII lemlik
-
Peringatan hari wafat nabi konghucu pada tanggal 18-II lemlik
-
Peringatan hari genta Rohani pada tanggal 22 desember.
c.
Kebaktian bagi para suci
-
Hari twan yang jatuh pada tanggal 5-V lemlik
-
Sembayang tiong chu pada tanggal 15-VIII lemlik
-
Hari he gwan pada tanggal 15-X lemlik.
d.
Sembahyang bagi para leluhur
-
Sembahyang pada tanggal 1 dan 15 penanggalan bula.
-
Hari wafatnya leluhur atau orang tua.
-
Sembahyang tutup tahun.
-
Sembahyang sadranan/ziarah
-
Sembahyang arwah leluhur.
e.
Kebaktian masyarakat
-
Sembahyang arwah untuk umum, pada tanggal 29-VII lemlik.
-
Hari persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal 24- XII lemlik
(pada hari hari itu diwajibkan berdana/sedekah bagi fakir dan miskin).
-
Seluruh perbuatan lahir batin kita sepanjang hidup hendaknyadisadari sebagai
perbuatan kebaktian/ ibadah disebut dengan isitila hidup sepenuh hidup. Rahayu _()_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar anda, like, G+, Tweeter atau apapun yang bisa meningkatkan mutu tulisan dan lebih bermanfaat bagi orang banyak.
semua komentar pasti akan di balas. Salam Rahayu!!