Jumat, 23 Agustus 2013

TUNTUNAN MEDITASI Dengan ber- DZIKIR - bag 6

Tulisan Sebelumnya : TUNTUNAN MEDITASI   Dengan ber- DZIKIR - bag  5



Menurut Master Ching Hay yang beragama Budha : Walaupun pada awalnya berbeda-beda namun untuk mencapai puncak pencerahan Ruhani hanya ada satu jalan yaitu melalui kontemplasi pada Cahaya dan Shabda yaitu Getaran di dalam .  Sehingga kita bisa melakukan kontak dengan Ruh, dimana Ruh ini merupakan manifestasi dari Cahaya dan Getaran Suci.  Inilah yang disebut metode Kuan Yin.  Metode ini adalah metode pendengaran dan penglihatan ruhani, metode transendental ( tak terjangkau akal ) yang tidak dapat diuraikan melalui bahasa manusia.  Semua ditransmisikan dalam keheningan.  Shabda, Firman atau Logos tersebut merupakan musik surgawi, merupakan bahasa dari Cinta Kasih Universal dan Kecerdasan Agung.  Semua ajaran berasal dari Suara Hening ini, semua bahasa berasal dari bahasa Universal ini.  Melodi surgawi ini dapat menyembuhkan semua luka, serta dapat memenuhi dan memuaskan semua dahaga duniawi.  Suara inipun dapat membersihkan kita dari semua dosa-dosa dan membawa kita ke Sumber Asalnya.

Jalaluddin Rumi seorang sufi besar dari Persia menulis sebagai berikut :
Bila makrifat kepada Dzat ingin kau dapat, lepas aksara, galilah makna.  Katupkan bibirmu, tutup matamu, sumbat telingamu.  Tertawakan aku manakala engkau tidak melihat Rahasia Yang Maha Benar.

Dengan demikian secara tidak langsung Rumi mengajak kita untuk bertafakur, mengajak kita untuk bermeditasi, mengajak kita untuk menyelam lebih dalam sampai ke dasar samudera makrifat, untuk mendapatkan mutiaranya.  Mencari Dia Yang Sejati.  Dia Yang Berdiri Dengan Sendirinya tanpa penolong. Belum ada apa-apa disampingnya.  Belum ada nada, belum ada suara yang bisa kita dengar, belum ada aksara,  belum ada Kitab apapun, belum ada Zabur, Taurat, Injil maupun Al Qur’an dan Hadits.  Dia wajib adanya, tapi bisa juga mungkin adanya.  Dia berada dalam kekosongan, kehampaan, kesunyatan, keheningan.

Tutup semua kitab, buka mata hati… Hening, dalam keheningan rasakan keberadaan-Nya dengan Nurani yang bening, dalam hening dengarkan Shabda-Nya, dengarkan Firman-Nya dengan telinga bathin …
Rumi mengisyaratkan agar kita tidak terpaku pada aksara.  Al Kitab ibarat perahu yang membawa kita ke tengah Samudera Ahadiyah, Samudera Ketuhanan, bila kita ingin mendapatkan mutiaranya maka mau tidak mau kita harus menyelam, menyelam ke dalam qolbu … mencari Dia Yang Sejati, mencari dan mengenal Rumah Tuhan yang sejati. Sabda Rosulullah : Barang siapa mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhan-nya. Dia berada dalam hati orang yang beriman.

Rumi pun menulis sebagai berikut :
Salib dan Orang Kristen, dari ujung ke ujung ku periksa :
Dia tidak ada lagi di salib.
Aku pergi ke rumah berhala, ke pagoda tua; tiada tanda apapun di sana.
Aku pergi ke bukit Herat dan Kandahar; ku pandang :
Dia tidak ada di bukit maupun di lembahnya.
Dengan niat kuat ku beranikan diri ke puncak gunung Qaf;
Di tempat itu hanya ada tempat tinggal burung “Anqa”
Aku pun mengubah pencarianku ke Ka’bah;
Dia tidak berada di tempat kaum muda dan tua.
Aku bertanya kepada Ibnu Sina tentang-Nya;
Dia ternyata di luar jangkauannya.
Ku beranikan diri menuju ke “jarak dua busur”;
Dia pun tidak ada di ruang agung itu.
Aku menatap hatiku sendiri;  disana kulihat Dia…
Dia tidak berada di tempat lain.

Sesuai dengan Hadits Qudsi : Aku tidak berada di langit, Aku tidak berada di bumi, namun Aku berada dalam hati seorang yang beriman.

Pada bagian lain Rumi menulis sebagai berikut :

Jauh di dalam qolbu ada Cahaya Surga
marak menerangi paras lautan tanpa suara yang tiada batas.
Oh, bahagianya mereka yang menemukannya dalam tawakal,
Rupa segala yang dipuja setiap insan.  …. Dst…
Sia-sialah kita mencari dengan nafsu tak terjinakan
untuk sampai pada visi Satu Jiwa Abadi
Cinta, hanya cinta yang dapat membunuh apa
Yang tampaknya telah mati, ular nafsu yang telah membeku
Hanya cinta, lewat air mata doa dan nyala rindu
Terungkaplah pengetahuan yang tak pernah dapat di sekolah
Semua menuju ke satu tujuan dalam Tuhan…
Pada bagian akhir dari puisi ini Rumi menulis :
Ketika kebenaran bersinar, tiada kata dan cerita yang dapat terucap
Kini dengarkan Suara di dalam hatimu.
Selamat berpisah

Dengan demikian sesungguhnya Rumi pun mengisyaratkan kepada kita untuk bisa mati sebelum mati melalui meditasi Cahaya dan Shabda.  Meditasi untuk melihat Cahaya dan mendengarkan Shabda Tuhan di dalam kolbu.  Karena kolbu adalah Al Qur’an tanpa tulis, sebagai sumber Shabda, sebagai sumber firman. 
Ingat baik-baik, petunjuk dari Alah itu ke hati bukan melalui telinga… 

Bersambung :  TUNTUNAN MEDITASI   Dengan ber- DZIKIR - bag  7



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda, like, G+, Tweeter atau apapun yang bisa meningkatkan mutu tulisan dan lebih bermanfaat bagi orang banyak.
semua komentar pasti akan di balas. Salam Rahayu!!