Tulisan Sebelumnya : TUNTUNAN MEDITASI Dengan ber- DZIKIR - bag 5
Menurut Master Ching Hay yang beragama Budha : Walaupun pada awalnya berbeda-beda namun untuk mencapai puncak pencerahan
Ruhani hanya ada satu jalan yaitu melalui kontemplasi pada Cahaya dan Shabda yaitu Getaran di dalam . Sehingga kita bisa melakukan kontak dengan
Ruh, dimana Ruh ini merupakan manifestasi dari Cahaya dan Getaran Suci. Inilah yang disebut metode Kuan Yin. Metode ini adalah metode pendengaran dan penglihatan ruhani, metode
transendental ( tak terjangkau akal ) yang tidak dapat diuraikan melalui bahasa
manusia. Semua ditransmisikan dalam keheningan. Shabda, Firman atau
Logos tersebut merupakan musik surgawi, merupakan bahasa dari
Cinta Kasih Universal dan Kecerdasan Agung. Semua ajaran berasal dari Suara Hening ini, semua bahasa berasal dari bahasa Universal ini. Melodi surgawi ini dapat menyembuhkan semua luka, serta dapat
memenuhi dan memuaskan semua dahaga duniawi. Suara inipun dapat membersihkan
kita dari semua dosa-dosa dan membawa kita ke Sumber Asalnya.
Jalaluddin Rumi seorang sufi
besar dari Persia menulis sebagai berikut :
Bila makrifat kepada Dzat ingin kau dapat, lepas
aksara, galilah makna. Katupkan bibirmu, tutup matamu, sumbat telingamu.
Tertawakan aku manakala engkau tidak melihat Rahasia Yang Maha Benar.
Dengan demikian secara tidak langsung Rumi mengajak
kita untuk bertafakur, mengajak kita untuk bermeditasi, mengajak kita untuk
menyelam lebih dalam sampai ke dasar samudera makrifat, untuk mendapatkan
mutiaranya. Mencari Dia Yang Sejati. Dia Yang Berdiri Dengan
Sendirinya tanpa penolong. Belum ada apa-apa disampingnya. Belum ada
nada, belum ada suara yang bisa kita dengar, belum ada aksara, belum ada
Kitab apapun, belum ada Zabur, Taurat, Injil maupun Al Qur’an dan Hadits.
Dia wajib adanya, tapi bisa juga mungkin adanya. Dia berada dalam
kekosongan, kehampaan, kesunyatan, keheningan.
Tutup semua kitab, buka mata
hati… Hening, dalam keheningan rasakan keberadaan-Nya dengan Nurani yang
bening, dalam hening dengarkan Shabda-Nya, dengarkan Firman-Nya dengan telinga
bathin …
Rumi mengisyaratkan agar kita tidak terpaku pada
aksara. Al Kitab ibarat perahu yang membawa kita ke tengah
Samudera Ahadiyah, Samudera Ketuhanan, bila kita ingin mendapatkan mutiaranya
maka mau tidak mau kita harus menyelam, menyelam ke dalam qolbu … mencari Dia
Yang Sejati, mencari dan mengenal Rumah Tuhan yang sejati. Sabda Rosulullah : Barang siapa
mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhan-nya. Dia berada
dalam hati orang yang beriman.
Rumi pun menulis sebagai berikut :
Salib dan Orang Kristen, dari ujung ke ujung ku
periksa :
Dia tidak ada lagi di salib.
Aku pergi ke rumah berhala, ke pagoda tua; tiada tanda
apapun di sana.
Aku pergi ke bukit Herat dan Kandahar; ku pandang :
Dia tidak ada di bukit maupun di lembahnya.
Dengan niat kuat ku beranikan diri ke puncak gunung
Qaf;
Di tempat itu hanya ada tempat tinggal burung “Anqa”
Aku pun mengubah pencarianku ke Ka’bah;
Dia tidak berada di tempat kaum muda dan tua.
Aku bertanya kepada Ibnu Sina tentang-Nya;
Dia ternyata di luar jangkauannya.
Ku beranikan diri menuju ke “jarak dua busur”;
Dia pun tidak ada di ruang agung itu.
Aku menatap hatiku sendiri; disana kulihat Dia…
Dia tidak berada di tempat lain.
Sesuai dengan Hadits Qudsi : Aku tidak berada di langit, Aku tidak berada di bumi, namun Aku berada
dalam hati seorang yang beriman.
Pada bagian lain Rumi menulis sebagai berikut :
Jauh di dalam qolbu ada Cahaya Surga
marak menerangi paras lautan tanpa suara yang tiada
batas.
Oh, bahagianya mereka yang menemukannya dalam tawakal,
Rupa segala yang dipuja
setiap insan. …. Dst…
Sia-sialah kita mencari dengan nafsu
tak terjinakan
untuk sampai pada visi Satu Jiwa
Abadi
Cinta, hanya cinta yang dapat membunuh apa
Yang tampaknya telah mati, ular nafsu yang
telah membeku
Hanya cinta, lewat air mata
doa dan nyala rindu
Terungkaplah pengetahuan yang tak
pernah dapat di sekolah
Semua menuju ke satu tujuan dalam
Tuhan…
Pada bagian akhir dari puisi ini Rumi menulis :
Ketika kebenaran bersinar, tiada kata dan cerita yang dapat terucap
Kini
dengarkan Suara di dalam hatimu.
Selamat
berpisah
Dengan demikian sesungguhnya Rumi pun mengisyaratkan
kepada kita untuk bisa mati sebelum mati melalui meditasi Cahaya dan Shabda. Meditasi untuk melihat Cahaya dan
mendengarkan Shabda Tuhan di dalam kolbu. Karena kolbu
adalah Al Qur’an tanpa tulis, sebagai sumber
Shabda, sebagai sumber firman.
Ingat baik-baik, petunjuk dari Alah itu ke hati bukan
melalui telinga…
Bersambung : TUNTUNAN MEDITASI Dengan ber- DZIKIR - bag 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar anda, like, G+, Tweeter atau apapun yang bisa meningkatkan mutu tulisan dan lebih bermanfaat bagi orang banyak.
semua komentar pasti akan di balas. Salam Rahayu!!